USULAN
KREATIVITAS MAHASISWA:
PEMERATAAN
PENDIDIKAN PADA TINGKAT SEKOLAH DASAR DI DESA SONGAN, KINTAMANI, BANGLI
Diusulkan
Oleh:
I
Wayan Agus Edy Pratama 13/01
I
Gede Sukarya 13/02
Ni
Ketut Ayu Kertiana Dewi 13/03
Ni
Wayan Fitri Gayatri Adnyaswari 13/04
Ni
Kadek Yunita Arsita Dewi 13/05
UNIVERSITAS UDAYANA
JIMBARAN - BALI
2014
USULAN KREATIVITAS MAHASISWA
A. JUDUL PROGRAM
Pemerataan Pendidikan
Pada Tingkat Sekolah Dasar di Desa Songan, Kintamani, Bangli.
B. LATAR
BELAKANG MASALAH
Pendidikan adalah hak dasar kemanusiaan yang seharusnya
dapat dinikmati secara layak dan merata oleh setiap masyarakat. Memperoleh
pendidikan merupakan salah satu hak bagi setiap warga negara yang dijamin oleh
Konstitusi, dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1 disebutkan bahwa setiap warga negara
berhak mendapatkan pendidikan. Lebih lanjut dalam pasal 5 UU tahun 2003
dinyatakan bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh
pendidikan yang bermutu. Realisasi dari perundang-undangan ini adalah kebijakan
Kementrian Pendidikan Nasional yang dalam kurun waktu satu dasawarsa ini
menekankan pada pembangunan pendidikan dalam pemberian pelayanan bagi setiap
anak usia sekolah untuk memperoleh pendidikan. Hal ini terlihat dari
dicanangkannya wajib belajar sembilan
tahun pada tahun 1994. Melalui kebijakan ini ditegaskan bahwa setiap
anak yang usia 7 samapai 15 tahun wajib mendapatkan pelayanan pendidikan.
Pendidikan dipandang sebagai salah satu investasi yang
dapat dilakukan manusia yang dianggap sangat menentukan kualitas sumber daya
manusia. Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk
mendukung pembangunan negara. Pendidikan yang mampu memfasilitasi perubahan
adalah pendidikan yang merata, bermutu relevan serta signifikan dengan kebutuhan
masyarakat. Maka dari itu pemerintah mencoba untuk memberikan pendidikan Wajib
Belajar Pendidikan Dasar (Wajar Dikdas) Sembilan tahun. Program terbaru yang
dikeluarkan pemerintah adalah BOS (Bantuan Operasianal Sekolah), yang merupakan
program bantuan pembiayaan yang bertujuan untuk meringankan beban biaya
pendidikan para siswa.
Pemerintah bertanggung jawab dalam mencerdaskan kehidupan
bangsa dan menciptakan kesejahteraan umum, yang berarti bahwa pemerintah
berkewajiban untuk memberikan pendidikan kepada seluruh rakyat Indonesia.
Pemerataan pendidikan telah menjadi perhatian sejak lama, terutama di
negara-negara berkembang. Namun sampai saat ini, kondisi pendidikan di
Indonesia masih belum merata. Dalam upaya memeratakan pendidikan, seringkali
mengalami banyak hambatan yang disebabkan oleh banyak factor, seperti faktor
infrasruktur atau sarana prasarana pendidikan, kualitas guru pengajar, keadaan geografis suatu daerah, perekonomi,
jenis program pendidikan dan pandangan masyarakat tentang pentingnya
pendidikan. Semua faktor tersebut menimbulkan kesenjangan antara daerah
perkotaan dengan daerah desa. Seperti di kota-kota besar disana sarana
prasarana pendidikan, dan akses pendidikan sudah sangat maju dibandingkan
dengan di desa-desa yang hanya mengandalkan sarana prasarana seadanya dengan
akses pendidikan yang sangat sulit.
Walaupun pemerintah telah menerapkan banyak
program-program untuk membantu pemerataan pendidikan, namun masih ada daerah
yang tidak merasakan adanya bantuan pemerintah di bidang pendidikan, terutama
di daerah-daerah terpencil. termasuk di Bali. Meskipun siswa Bali pernah meraih
nilai UN tertinggi di Indonesia pada tingkat SMA pada tahun 2013 tapi itu tidak
memberikan kita gambaran bahwa pendidikan di Bali sudah merata di seluruh
daerah Bali. Karena disisi lain ada sebagian masyarakat yang tidak dapat
mengenyam pendidikan secara layak, baik dari tingkat dasar sampai jenjang yang lebih tinggi. Salah satunya adalah di
desa Songan kecamatan Kintamani kabupaten Bangli.Secara geografis Kecamatan
Kintamani merupakan Kecamatan terluas dari empat kecamatan yang ada di Kabupaten
Bangli.
Beberapa masyarakat yang enggan untuk menempuh jarak yang
jauh demi sampai di sekolah-sekolah, mereka tentunya akan lebih memilih untuk
tidak bersekolah dan lebih memilih untuk bekerja. Mereka akan berpikir bahwa
bersekolah hanyalah buang-buang waktu saja, lebih baik mereka bekerja demi
mencukupi kebutuhan hidup .
Secara tidak langsung orang yang tidak mengenyam
pendidikan formal akan dekat dengan kebodohan dan kemiskinan. Dampak kemiskinan
itu terjadi karena daya nalar dan mental orang yang tidak berpendidikan
sangatlah berbeda dengan orang yang berpendidikan. Orang yang tidak mengenyam pendidikan akan
merasa malu dan minder berkompetisis dengan orang yang berpendidikan. Pada
akhirnya mereka akan tersisih karena keterbatasan mereka tersebut. Hal ini
semakin kompleks dengan tidak adanya pemebnahan kesejahteraan di daerah
terpencil.
Daerah Kintamani mengalami angka putus sekolah yang
paling tinggi di Kabupaten Bangli. Kondisi pendidikan di desa Songan kecamatan
Kintamani kabupaten Bangli ini, telah menjadi bukti belum meratanya pendidikan
di Indonesia. Kita sebagai mahasiswa yang memiliki nasib lebih beruntung dari
mereka, kita dapat mengenyam pendidikan hingga jenjang perguruan tinggi,
seharusnya juga mulai memikirkan langkah apa yang dapat kita tempuh untuk
membantu pemerintah dalam memeratakan pendidikan. Karena kita sebagai warga
negara Indonesia mempunyai tanggungjawab untuk membuat negara ini menjadi lebih
berkembang dan menjadi lebih maju.
Dengan demikian, pendidikan menjadi syarat mutlak yang
harus dipenuhi karena pendidikan merupakan faktor penentu bagi suatu bangsa
untuk bisa memenangi kompetisi global.
C. PERUMUSAN
MASALAH
Dari latar belakang di atas, permasalahan yang
dapat diambil adalah apakah yang menjadi penyebab utama tidak meratanya
pendidikan di desa Songan dan bagaimana cara untuk membantu pemerataan
pendidikan pada tingkat sekolah dasar di desa Songan, Kintamani, Bangli.
D. TUJUAN
PROGRAM
Tujuan yang
ingin dicapai adalah mengetahui adanya faktor-faktor terjjadinya
keterbelakangan pendidikan pada tingkat sekolah dasar yang terjadi di desa
Songan, Kintamani, Bangli, Bali. Sehingga dalam hal penanganannya bisa lebih
cepat dan tepat, dan dapat saling membantu dalam masalah pembenahan dan pembendaharaan.
E. LUARAN YANG
DIHARAPKAN
Pemerintah memang sudah kiat melakukan pembenahan
fasilitas pendidikan di daerah-daerah. Namun pembenahan fasilitas pendidikan
kebanyakan hanya sampai di perkotaan. Akses jalan yang sulit membuat
fasilitas-fasilitas pendidikan menjadi terhambat sampai ke perdesaan. Selain
itu kurangnya tenaga listrik juga sangat amat berpengaruh sehingga fasilitas
seperti komputer tidak bisa digunakan secara efektif. Pemerintah harusnya juga
memperbaiki akses jalan menuju sekolah-sekolah terpencil terlebih dahulu. Sehingga,
pendidikan tingkat SD di desa songan kelak bisa sama dengan pendidikan SD di
kota-kota besar.
F.
KEGUNAAN PROGRAM
Kegunaan yang dapat diperoleh dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui bagaimana kondisi pendidikan pada tingakt sekolah dasar
khususnya di desa songan, serta penulis dapat menginformasikan kepada
pemerintah dan masyarakat tentang kondisi pendidikan pada tingdi SD desa
songan menghapuskan kesenjangan yang
terjadi di tingkat sekolah dasar di desa Songan, agar kedepan tidak terjadi diferensial
pendidikan antara daerah perkotaan dan perdesaan.
G. KAJIAN
PUSTAKA
G.1 Gambaran Umum Pendidikan
Dengan perkembangan zaman
di dunia pendidikan yang terus berubah dengan signifikan sehingga banyak
merubah pola pikir pendidik, dari pola pikir yang awam dan kaku menjadi lebih
modern.Hal tersebut sangat berpengaruh dalam kemajuan pendidikan di Indonesia. Menyikapi hal tersebut
pakar-pakar pendidikan mengkritisi dengan cara mengungkapkan dan teori
pendidikan yang sebenarnya untuk mencapai tujuan pendidikan yang sesungguhnya.
Tujuan pendidikan adalah
menciptakan seseorang yang berkwalitas dan berkarakter sehingga memiliki
pandangan yang luas kedepan untuk mencapai suatu cita- cita yang di harapkan
dan mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di dalam berbagai
lingkungan.Karena pendidikan itu sendiri memotivasi diri kita untuk lebih baik
dalam segala aspek kehidupan.
Menurut Ki Hajar
Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia) menjelaskan tentang pengertian
pendidikan yaitu: Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak,
adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada
pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat
dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.
Menurut UU No. 20 tahun
2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.
Dari kedua pengertian
pendidikan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Pendidikan adalah bimbingan
atau pertolongan yang diberikan oleh orang dewasa kepada perkembangan anak
untuk mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup cakap melaksanakan
tugas hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain.
Di Bali pendidikan adalah
suatu hal yang sangat penting bagi masyarakat untuk menunjang sumber daya manusia. Namun masih ada beberapa
sekolah di bali yang masih memerlukan
perhatian khusus lebih khusus lagi
terhadap pendidikan dasar. Mengingat Indonesia adalah Negara yang mewajibkan
pendidikan dasar wajib 9 tahun bagi anak-anak didik.Tetapi kenyataan masih
banyak hambatan-hambatan yang ditemukan di pendidikan dasar, yang terutama
adalah masalah sarana dan prasarana.Perlu diketahui bahwa pendidikan yang baik
dan berkualitas adalah yang ditunjang dengan sarana-prasarana yang
memadai.Tanpa adanya itu pendidikan tidaklah dapat berjalan secara baik.
Seperti halnya banyak
ditemukan di sekolah dasar daerah songgan kecamatan kintamani. Masih banyak
kesenjangan yang ada di tengah hiruh pikuk kemodern pendidikan di kota. Hal ini
tergambarkan dari adanya beberapa sekolah dasar yang masih terbelakang. Hal ini
disebabkan oleh beberapa factor yaitu sebagai berikut :
1.
Kondisi
Sekolah yang Sangat Memprihatinkan
Akibat berada di balik
bukit, banyak kendala yang dihadapi Sekolah Dasar 2 songan Kintamani ini, salah satunya adalah
kurangnya fasilitas sarana dan prasarana yang terdapat di sekolah tersebut.
Usaha dari pemerintah hanya menyiapkan buku-buku, media dan sarana lainnya.
Contohnya pada kondisi sekolah yang
berada di Dusun Kayu Selem Desa Songan sangat memprihatinkan. Hal itu dapat
dilihat dari sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah belum lengkap.Hal itu
dikarenakan jarak untuk mencari sekolah tersebut lumayan jauh, melewati
perbukitan dengan kondisi jalan yang kurang baik.
Sekolah ini di bagi
menjadi dua.Yaitu sekolah induk yang terdapat di Dusun Kayu Selem, dan sekolah
jauh terdapat di dusun Pradi.Jarak sekolah induk berkisar ± 4 KM dari desa
Songan, dan jarak sekolah kelas jauh berkisar ± 5 KM dari sekolah induk.Selain
itu, kurangnya tenaga listrik menjadi hambatan terbesar dalam menjalani
aktivitas sekolah.Untuk menghidupkan 1 komputer saja listriknya tidak kuat
apalagi untuk menghidupkan yang lain. Belum lagi masalah genteng yang bocor dan
beberapa bangku yang mulai rapuh dan rusakny fasilitas kelas seperti papan
tulis yang menjadi sarana utama pembelajaran.
2.
Sekolah Dasar Terpencil di Kintamani Kekurangan
Guru
Masih banyak sekolah dasar yang memerlukan staaf
pengajar.Bahkan di desa songan masih banyak guru-guru yang mengajar 2 mata
pelajaran yang berbeda bahkan ada yang mengajar 3 sekaligus karena kurangnya
tenaga guru untuk mengajar. Seperti
halnya di SD N 1 Kintamani yang hanya
memiliki 5 orang guru, sedangkan kebutuhan mencapai sekitar 15 guru. Kekurangan
guru ini mengakibatkan merangkapnya tugas guru dalam mengajar. Dengan demikian, tak dipungkiri mata pelajaran yang diajarkan tidak sesuai
dengan bidang keahlianya. Seperti halnya, SD N ini tidak memiliki guru pengajar
bahasa Inggris.Padahal bahasa Inggris termasuk salah satu mata pelajaran yang
di ujiankan. Guru mata pelajaran lain yang dianggap mampu menguasai bahasa
Inggris ditugaskan untuk mengampu pelajaran bahasa Inggris di sekolah tersebut.
3.
Sekoalah Dasar Terpencil di Kintamani sering
Menjadi Sasaran Bencana Alam
Tak kurang dalam setahun desa songan bisa
lebih dari sekali terkena musibah angin kencang, yang mengakibatkan beberapa
bangunan rumah termasuk bangunan sekolah menjadi roboh.Seperti yang terjadi
pada tahun 2012 banyak bengunan sekolah yang roboh dan atapnya jebol akibat
angin kencang seperti SDN 2 Songan, SDN 5 Batur, SDN 1 Batur, dan SDN 4
Bantang.Di antara keempat SD yang rusak, SDN 2 Songan dan SDN 4 Bantang yang
terparah.Hal ini tentu sangat mengganggu aktivitas pembelajaran, bahkan dalam
kondisi terburuk pun siswa harus dipaksakan sekolah untuk melakukan ulangan
semester dan ujian sekolah.
G.2 Gambaran Khusus
SDN 2 Songan adalah salah
satu diantara banyak SD daerah sulit bahkan untuk kondisi saat ini paling sulit
untuk kawasan wilayah Kintamani, kabupaten Bangli.Sekolah ini terletak di
banjar Alengkong, desa Songan, kecamatan Kintamani kabupaten Bangli.Kelas jauh
SDN 2 Songan ini berdiri tahun 2006 (tahun ajaran 2006/2007).Sekolah Kelas Jauh
SDN 2 Songan didukung oleh 2 banjar yaitu banjar Alengkong dengan jumlah
penduduk 131 KK dan banjar Bukit Sari dengan jumlah penduduk 172 KK. Sebagian
besar anggota masyarakat pada kedua banjar itu bermata pencaharian sebagai
petani dan sebagian yang lain sebagai buruh tani dan sebagian kecil ada yang
bekerja sebagai tukang kayu, tukang batu, dan berdagang.
Kondisi jalan menuju
sekolah ini sangat sulit (belum diaspal serta mempunyai tanjakan-tanjakan
tajam.) ditambah lagi pada musim kemarau harus rela bermandikan debu dan pada
saat hujan bermandikan lumpur. Bahkan sebelum adanya program TMMD ke jalur
lokasi ini harus rela berjalan kaki ± 2,5 KM menuju tempat mengajar yang saat
itu (sebelum TMMD hanya ada jalan setapak ± 2,5 KM)
Sekolah Kelas Jauh
berjarak ± 5 KM dari pusat desa yakni desa Songan, ± 4 KM dari sekolah induk
yaitu SDN 2 Songan, ± 20 KM dari kota kecamatan yaitu kecamatan Kintamani, dan
± 35 KM dari kota kabupaten yaitu kabupaten Bangli.
Pada awal berdirinya
tahun 2006, proses belajar mengajar dilakukan di balai banjar Alengkong tanpa
bangku (lesehan) dengan sarana prasarana alakadarnya. Tenaga pendidik pada saat
itu hanya satu orang yaitu I Nyoman Arus.Pada tahun kedua sekolah kelas jauh ini
sudah mempunyai 2 Rombel (Rombongan Belajar) dengan seorang tenaga pendidik
yaitu I Nyoman Arus dengan sarana prasarana yang tidak jauh berbeda dengan
tahun pertama (tetap lesehan). Pada tahun ketiga proses belajar mengajar masih
tetap di balai banjar dengan 3 Rombel, dua Rombel yaitu kelas I dan III pada
pagi hari sampai jam 10:00 pagi dengan satu buah papan tulis kecil. Dan dua
Rombel lagi secara bersamaan yaitu kelas II dan III juga dengan satu papan
tulis kecil.Hanya pada tahun ketiga mendapat dua orang tambahan tenaga pengajar
dengan sarana prasarana juga alakadarnya.Kedua orang tenaga pengajar tersebut
adalah I Wayan Radya dan I Ketut Nada, kemudian pada tahun keempat sekolah
kelas jauh ini sudah memiliki empat Rombel (4 kelas).Hanya bedanya dengan tahun
pertama sampai ketiga, pada tahun keempat sudah menggunakan ruang kelas yang
dibangun oleh pemda diatas tanah yang dibelikan oleh desa adat Bukit Sari.
Lokasi sekolah yang baru
± 400 meter di bawah balai banjar Alengkong. Walaupun sudah ada ruang kelas
namun proses belajar mengajar masih jauh dari memadai karena 4 Rombel menjadi
satu ruangan dengan pembagian 3 Rombel yaitu kelas I, III, dan IV pada pagi
hari sampai jam 10 secara bersamaan diajar dalam ruangan, dan kelas II, III dan
IV diatas jam 10:00 juga diajar secara bersamaan dalam satu ruangan dengan tiga
orang tenaga pendidik tadi.
Sampai saaat ini dengan
empat Rombel (4 kelas) jumlah siswnya ada 65 orang dengan rincian kelas I ada
13 orang, kelas II ada 13 orang, kelas III ada 12 orang dan kelas IV ada 27
orang. Berdasarkan informasi dari Dinas Pendidikan Kabupaten Bangli, Kelas Jauh
ini dipersiapkan menjadi SDN 7 songan.
H. METODOLOGI
PELAKSANAAN PROGRAM
H.1
Ruang Lingkup Penelitian
H.1.1
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 2
Songan Desa Songan Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli Provinsi Bali.
H.1.2 Waktu
Pelaksanaan
Penelitian ini dimulai dari perancangan topik, penyusunan
proposal, pelaksanaan penelitian, pengumpulan data, pengolahan dan analisis
data, serta pembuatan laporan hasil penelitian yang dilakukan dari Agustus2014
sampai dengan Oktober 2014.
H.1.3 Disiplin Ilmu Terkait
Penelitian ini merupakan penelitian multidisiplin yang
menggabungkan aspek geografi, sosiologi, ekonomi.
H.2 Rancangan (Design) Penelitian
Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan
rancangan penelitian kontrol kasus (case
control), yang didahului survei guna mendapatkan prevalensidan Case Fatality Rate DSS yang bertujuan
untuk mendukung hasil analisis faktor prediktor dari Dengue Shock Syndrom pada penderita Demam Berdarah Dengue di Bali.
H.3
Subyek (Populasi) Penelitian
H.3.1
Populasi target
Populasi target dari
penelitian ini adalah semua siswa sekolah dasar yang ada di Bali.
H.3.2 Populasi terjangkau
Populasi terjangkau dari penelitian ini adalah seluruh siswa
sekolah dasar di Sekolah Dasar No. 2 Songan, desa Songan kecamatan Kintamani
kabupaten Bangli pada bulan Agustus sampai Desember pada tahun 2014.
H.4 Besar dan Cara Pengambilan Sampel
H.4.1 Besar Sampel
Sampel penelitian
diperoleh dari data jumlah siswa sekolah dasar SD N 2 Songan dan jumlah data
guru pada bulan Agustus sampai Desember
2014, dengan jumlah sampel 152 orang.
H.4.2 Cara Pengumpulan Sampel
1. Peneliti melakukan survei terhadap penduduk yang
kurang mampu di daerah Songan
2. Penelitian ini merupakan penelitian dimana sumber data
akan dikumpulkan dari siswa SDN 2 Songan.
H.5
Responden
Responden akan diambil dengan menggunakan metode systemic random sampling dari daftar
siswa yang ada yang memenuhi kriteria khusus yang telah di tentukan. Responden
tidak perlu memberikan informed consent dalam
penelitian ini, karena data yang diambil adalah data yang bersifat sekunder,
dimana identitas responden akan dirahasiakan.
H.6 Identifikasi Variabel
H.6.1
Identifikasi Variabel Bebas
Adapun variabel bebas yang akan diukur dalam penelitian
ini, diantaranya :
a) Jenis
Kelamin
b) Umur
H.6.2
Variabel tergantung
Adapun variabel tergantung yang
akan menjadi luaran dalam penelitian ini adalah:
a.
Status sosial siswa
b.
Latar belakang keluarga
H.7 Definisi Operasional Variabel
1.
Umur
Merupakan rentangan umur per kelas dari semua siswa SD N
2 Songan.
Skala : numerik
2. Jenis Kelamin
Merupakan jenis kelamin responden yang tercatat dalam
data siswa dan guru di SD N 2 Songan.
Hasil ukur : Perempuan (P)
Laki-laki (L)
Skala : nominal
H.8 Cara Pengumpulan Data
H.8.1 Pengolahan dan Analisis data
Analisis data menggunakan komputer dengan proses dalam
analisis ini sebagai berikut:
1.
Entry data, pengolahan data, melengkapi data yang kurang, danpengecekan
kembali data hasil penelitian.
2.
Recode data
Adapun
data yang akan di-recode dalam penelitian ini adalah:
·
Jenis Kelamin
Diklasifikasikan
menjadi 2 kelompok:
a. Laki-laki
b. Perempuan
·
Umur
Diklasifikasikan
menjadi 1 kelompok, yaitu:
a.
6 -12 tahun
Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif
untuk melihat gambaran karakteristik dari kasus dan kontrol.
I. JADWAL
PENELITIAN
J. RANCANGAN
BIAYA
No
|
Pengeluaran
|
Harga satuan
|
Jumlah
|
Total
|
1
|
Biaya print
|
Rp. 500,00
|
|
|
2
|
Biaya Jilid Laporan Hasil Penelitian
|
Rp. 3.000,00
|
2 Buah
|
Rp. 6.000,00
|
3
|
Akomodasi Peneliti
|
Rp. 200.000,00
|
5 Orang
|
Rp. 1.000.000,00
|
4
|
Konsumsi Peneliti
|
Rp. 500.000,00
|
5 Orang
|
Rp. 2.500.000,00
|
K. DAFTAR PUSTAKA
L. LAMPIRAN
1.
Ketua Kelompok
Nama :
I Wayan Agus Edy Pratama
Nim :
1404105010
Gugus :
13
No Absen : 01
2.
Anggota
Kelompok
Nama : I Gede Sukarya
Nim : 1404105021
Gugus :
13
No Absen : 02
3.
Anggota
Kelompok
Nama : Ni Ketut Ayu Kertiana
Dewi
Nim :
1401305015
Gugus :
13
No Absen : 03
4.
Anggota
Kelompok
Nama :
Ni Wayan Fitri Gayatri
Nim :
1412014012
Gugus :
13
No Absen : 04
5.
Anggota
Kelompok
Nama : Ni Kadek Yunita Arsita
Dewi
Nim :
1402005061
Gugus :
13
No Absen : 04